Sabtu, 26 Desember 2009

Congklak dan Bekel : Pelajaran Menabung

Cingciripit katulang bajing
Saha nu kacapit eta ucing ....

Mungkin sebagian besar dari Anda yang lahir sebelum tahun 1990-an, kalimat di atas bukan merupakan hal yang asing. Kalimat berbahasa Sunda tersebut digunakan oleh anak-anak ketika akan memulai sebuah permainan tradisional berjenis kompetisi, entah itu Boy-Boyan, Ucing Sumput, atau nama permainan lainnya. Sayang, kalimat tersebut telah jarang didengungkan seraya tergantikannya permainan tradisional dengan permainan modern. Anak-anak jaman sekarang lebih gemar mengantre di rental Play Station, meluangkan waktu sebanyak-banyaknya untuk menjadi jagoan di arena layar. Telinganya mungkin sama sekali tidak pernah mendengar kalimat itu, apalagi melihat atau bahkan mempertunjukkannya secara langsung sebagaimana lumrahnya kita dulu: sebagai anak-anak. Padahal, jika diteliti, permainan anak tradisional memiliki nilai tinggi, yang membuatnya bukan sekadar permainan.
Marilah kita bernostalgia, tentu Anda ingat akan permainan tradisional Sunda berikut, Bekel (Beklen/bekles), Congklak, Dam-Daman, Boy-Boyan, Oray-Orayan, Sepdur/Slepdur, Karet, Gatrik, Sorodot Gaplok, Engkle/Pecle/Sondah/Sodlah, Perepet Jengkol, Raja-Ratu, dsb. Memang, jika dilihat secara sekilas, permainan yang saya sebutkan tadi hanya sebatas permainan. Akan tetapi, permainan tradisional Sunda memiliki makna yang tidak sedangkal itu. Banyak nilai-nilai yang terkandung di balik simbol-simbol kata yang membangun syair-syairnya atau bahkan konteks pertunjukkannya. Permainan tradisonal Sunda merupakan simbol, refleksi kondisi sosial, dan media pembelajaran bagi anak-anak.

BEKEL
Banyak sekali nama untuk menyebut permainan yang bermediakan biji kuwuk dan bola karet ini. Ada yang menyebutnya Bekel, Beklen, atau Bekles. Nama permainan ini berasal dari kata bèkel, yang dalam bahasa Sunda berari bekal. Permainan berjenis kompetisi ini biasa dimainkan oleh anak-anak perempuan di waktu senggang. Pola permainannya bersaing dan bertingkat. Barang siapa yang terlebih dahulu mencapai tingkat tertinggi, dialah yang kelak menjadi sang juara.
Banyak nilai-nilai moral yang terkandung di dalam permainan ini. Seorang pemain akan meraup jumlah biji sesuai dengan tingkatannya (yang disebut dengan mi). Ketika mi hiji, maka ia akan meraup jumlah biji satu per satu, begitu seterusnya. Dibutuhkan teknik dan strategi yang jitu dalam memainkan permainan ini. Pemain tidak diperkenankan menyentuh barang sedikitpun biji yang tidak akan diraup, ia juga tidak diperbolehkan meraup kurang atau lebih dari jumlah biji yang disesuaikan dengan tahapan mi.
Melalui hal itulah Bekel mengajarkan nilai-nilai moral sedari dini kepada anak-anak, bahwa hendaknya dalam hidup di bumi ini manusia hendaknya merancang kehidupan agar selamat dan berbekal mapan untuk kehidupan selanjutnya. Tahapan-tahapan permainan Bekel, menunjukkan tahapan-tahapan hidup yang dilalui oleh manusia. Tahapan-tahapan tersebut semakin menanjak, apabila pemain menyusun telah berhasil melewati satu tahapan dengan upaya, strategi, dan cara yang jitu.

CONGKLAK
Bukan hanya Bekel, Congklak yang merupakan sebuah permainan bermedia papan berlubang tujuh dengan satu lubang indung yang juga beralatkan biji (kuwuk, dsb) mengandung nilai-nilai moral bagi anak-anak. Tujuh lubang pada papan permaian Congklak merupakan simbol hari dalam seminggu (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu) yang digunakan sebagai waktu untuk membuka peluang, usaha, dan menuai hasil untuk penghidupan.
Sementara itu, lubang indung merupakan simbolisasi dari lumbung yang digunakan oleh masyarakat agraris. Di lubang indung itulah, manusia menyimpan apa yang telah dihasilkan dari pekerjaan yang telah mereka lakukan selama berhari-hari. Dari sana, tampaklah bahwa Congklak bukan sekadar permainan yang menggunakan media papan berlubang dengan biji-biji kuwuk sebagai alat permainan, melainkan sebagai sebuah pengajaran hidup untuk berusaha di setiap waktu dan kesempatan, serta menyimpannya untuk tabungan di hari mendatang.
***
Bekel dan Congklak merupakan dua permainan yang sama-sama mengajarkan bahwa dalam hidup kita harus berusaha, berjuang, dan senantiasa merancang kehidupan masa depan. kehidupan tidak akan berjalan lancar tanpa adanya hal-hal tersebut. papan diibaratkan sebagai ladang kehidupan, di mana manusia berkompetisi untuk bertahan hidup dan berusaha menghidupi dirinya sendiri. Bekel dan Congklak merupakan trepresentasi masyarakat Sunda lama dalam mengajarkan dan menanamkan arti hidup yang sebenar-benarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar